Laman

Senin, 02 September 2013

Wilayah Kota Bengkulu

Sumber : www.bengkulukota.go.id

Kota Bengkulu adalah ibukota Provinsi Bengkulu. Bengkulu yang dahulu disebut Bencoolen merupakan kota pelabuhan tua Bencoolen yang dijadikan kota pendudukan dan perdagangan oleh Inggris pada abad XVIII dan XIX. Pelabuhan Bengkulu (Pelabuhan Pulau Baai) berada sekitar 20 km dari Pusat Kota Bengkulu dan memiliki hinterland yang cukup luas dengan potensi pertambangan, perkebunan dan kehutanan yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan agrobisnis, pertambangan dan industri.

Kota ini terkenal karena pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno dalam kurun tahun 1939 – 1942 pada masa penjajahan Belanda sampai pendudukan Jepang. Selain itu, di kota ini terdapat benteng peninggalan masa pendudukan Inggris, Fort Marlborough, yang terletak di tepi pantai.

Pertumbuhan dan perkembangan Kota Bengkulu tidak saja dipengaruhi oleh fungsi dan kedudukan kota dalam lingkup regional, tetapi juga oleh keadaan internal kota itu sendiri. Perkembangan internal juga merupakan faktor yang mendorong pembangunan kota, karena tidak saja mempertimbangkan aspek-aspek potensial perkotaan, tetapi juga kemampuan dan keterbatasan yang ada. Penelaahan permasalahan wilayah kota dapat menjadi pertimbangan pokok yang menentukan kelayakan rencana pengembangan yang akan disusun.

LETAK GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH

Secara geografis, Kota Bengkulu terletak pada koordinat 30°45’ – 30°59’ Lintang Selatan dan 102°14’ – 102°22’ Bujur Timur. Posisi geografis tersebut terletak di pantai bagian Barat Pulau Sumatera yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia.

Berdasarkan letak geografis tersebut, Kota Bengkulu mempunyai ling-kungan pantai yang berhadapan dengan rezim energi (gelombang) kuat, yang dipengaruhi oleh swell dan diperkirakan menimbulkan erosi alami pantai akibat gelombang besar tersebut. Erosi alami pantai atau abrasi pantai ini berpotensi untuk menimbulkan sedimen pada garis pantai dan hal ini akan diperparah oleh suplai sedimen dari das besar yang terletak di sekitar Kota Bengkulu. Kondisi ini perlu dicermati sebagai potensi dan masalah yang harus diantisipasi agar pembangunan kota ke depan benar-benar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya, dan mereduksi kemungkinan dampak/pengaruh negatif yang akan ditimbulkan.

Secara administratif, Kota Bengkulu mempunyai luas wilayah daratan sekitar 151,7 km²,ditambah 1 pulau dengan luas 2 Ha dan lautan seluas 387,6 Km2 yang terdiri dari 8 kecamatan dan 67 kelurahan, dengan batas administratif sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Tengah;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Seluma;
Sebelah Timur berbatasan Kabupaten Bengkulu Tengah;
Sebelah Barat berbatasan Samudera Hindia.

TOPOGRAFI

a. Ketinggian

Kota Bengkulu terletak pada ketinggian antara 0 – 100 m/dpl, dengan persebaran sporadis pada setiap wilayah kota, sehingga menyebabkan morfologi kota yang bergelombang. Lokasi dengan titik tertinggi (hingga 100 m/dpl) berada di bagian tenggara (Kec. Selebar). Sementara titik terendah (antara 0 m/dpl – 10 m/dpl) di bagian Selatan, Utara dan Timur, sedangkan Pusat Kota Bengkulu sendiri berada pada ketinggian antara 10 – 25 m/dpl.

b. Kemiringan

Secara umum wilayah Kota Bengkulu didominasi oleh kelas lereng datar, yang mencapai 88,09% (12.730,7 Ha), yang terdiri dari 2 (dua) kelas kemiringan lereng yaitu kemiringan lerengnya 0 – 3% dengan luas 8.145,38 Ha dan sekitar 4.585,32 Ha kemiringan lereng 3 – 8% yang sesuai untuk pengembangan pembangunan kota.

Wilayah dengan kemiringan 0 – 3% ini terletak di daerah bagian Barat, Selatan dan Timur Laut Kota Bengkulu, sedangkan kemiringan lereng 3 – 8% sebagian di Utara, pusat kota yang memanjang ke arah Tenggara Kota Bengkulu.

KLIMATOLOGI

Berdasarkan klasifikasi iklim, daerah ini tergolong tipe iklim A (Tropis Basah) dengan kelembaban 70 – 87%. Jumlah bulan basah 10 bulan, yakni pada bulan Oktober – Juli. Temperatur rata-rata tahunan antara 25º – 27ºC dengan curah hujan bulanan berkisar 230 – 620 mm, dengan jumlah hari hujan berkisar antara 10 – 23 hari.

Suhu udara maksimum berkisar antara 29,60C – 31,50C dan suhu minimum berkisar antara 23,10C – 24,20C dengan curah hujan rata-rata 2.626 mm/ tahun dan rata-rata hari hujan sekitar 188 hari/tahun. Curah hujan tahunan berkisar 2.500 – 4.000 mm. Kecepatan angin rata-rata 18 knot atau sekitar 10 km/jam, tekanan udara berkisar antara 1008,4 – 1012,6 MB dan kecepatan angin maksimum berkisar 14 – 32 mil/jam. Lama penyinaran matahari rata-rata berkisar antara 55 – 86%.

GEOLOGI

a. Geologi Umum

Secara umum bagian tengah Peta Geologi Lembar Bengkulu dan sekitarnya (S. Gafoer, T. C. Amin dan R. Pardede,1992.) skala 1: 250.000, ditempati oleh beberapa gunungapi muda, antara lain Bukit Dingin dengan ketinggian mencapai 2.020 m di atas permukaan laut (dpl), Bukit Balai (1.683 m dpl), Bukit Condong (2.079 m dpl), Bukit Daun (2.467 m dpl), Gunung Hulupalik (2.493 m dpl), dan Bukit Gendahululai (2.130 m dpl). Gunung-gunung tersebut membentuk jajaran gunungapi strato sebagai bagian dari rangkaian Pegunungan Bukit Barisan dengan arah umum Barat Laut – Tenggara. Di bagian Barat dan Timur dibatasi oleh perbukitan bergelombang, setempat dengan timbulan tajam terdapat di bagian Utara dan Selatan. Dataran sempit terdapat setempat-setempat di daerah pantai pada bagian Barat Daya.

Sesar Sumatera dengan arah umum Barat Laut – Tenggara memotong batuan berumur Oligosen sampai Kuarter. Di beberapa tempat terlihat bahwa sesar Sumatera merupakan kontak antara batuan vulkanik Kuarter dengan batuan padu berumur lebih tua. Dataran sempit yang dijumpai setempat-setempat di bagian Barat Daya menurut Ratman dkk. (1978) dibentuk oleh material lepas berukuran lempung sampai kerikil dengan ketebalan kurang dari 5 m.

b. Geologi Wilayah

Dijelaskan pada Peta Geologi Lembar Bengkulu dan sekitarnya (S. Gafoer, T. C. Amin dan R. Pardede,1992.) skala 1: 250.000, bahwa wilayah Kota Bengkulu secara umum tersusun oleh batuan endapan permukaan (surficial deposits) berumur Kuarter dan batuan sedimen dan gunung api (sedimentary and volcanic rocks) serta batuan terobosan berumur Tersier.

Urutan stratigrafi dari satuan termuda sampai yang tertua adalah sebagai berikut :

1) Undak Aluvium (Qat)

Satuan ini merupakan endapan permukaan yang termuda, berumur Holosen Kuarter yang tersusun oleh pasir, lanau, lempung dan kerikil yang dibentuk oleh endapan sungai, pantai dan rawa. Endapan ini penyebarannya hampir di seluruh Kota Bengkulu, mulai dari bagian Utara hingga bagian Selatan, namun tidak mencapai batas kota di sebelah Timur, dengan luas sekitar 62,8%.

2) Aluvium (Qa)

Satuan ini juga berumur Holosen Kuarter yang tersusun oleh bongkah, kerikil, pasir, lempung, lanau dan lumpur. Endapan permukaan ini penyebarannya hanya pada sebagian wilayah Kecamatan Muara Bangkahulu, Kecamatan Sungai Serut dan Kecamatan Gading Cempaka (seluruh kawasan Danau Dendam Tak Sudah), dengan luasan berkisar sekitar 15%.

3) Endapan Rawa (Qs)

Endapan permukaan yang berumur Holosen Kuarter ini tersusun oleh pasir, lanau dan lumpur dengan sisa tumbuhan. Penyebarannya hanya terdapat pada bagian Utara Kecamatan Muara Bangkahulu dan sebelah Timur Kecamatan Gading Cempaka, dengan luas total sekitar 3%.

4) Batu Gamping Terumbu Karang (Ql)

Endapan permukaan yang berumur Plistosen Kuarter ini tersusun oleh batu gamping terumbu. Penyebarannya sporadis pada beberapa kecamatan, umumnya berbatasan langsung dengan laut, yaitu Kecamatan Kampung Melayu dan Kecamatan Ratu Samban dan Kecamatan Ratu Agung.

5) Formasi Bintuhan (QTb)

Satuan batuan ini merupakan batuan sedimen dan gunung api yang diduga berumur Plistosen Kuarter dan tersusun oleh konglomerat aneka bahan, breksi, batu gamping terumbu, batu lempung tufan, berbatuapung, kayu terkesikan. Umumnya terdapat di bagian Timur Kecamatan Muara Bangkahulu.

6) Andesit (Tpan)

Andesit merupakan batuan terobosan, yang diduga berumur Pliosen Tersier. Penyebarannya di Kota Bengkulu umumnya berada di Kecamatan Selebar

c. Struktur Geologi

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bengkulu dan sekitarnya (S. Gafoer, T.C. Amin dan R. Pardede,1992.) dengan skala 1: 250.000, struktur geologi yang terdapat di Kota Bengkulu adalah kelurusan, dengan sumbu Barat Laut Tenggara yang terdapat di Kecamatan Gading Cempaka, Kecamatan Selebar dan Kecamatan Kampung Melayu

Struktur geologi tersebut masuk dalam sistem patahan Sumatera dan bagian dari sesar Musi Keruh dan Sesar Ketaun, yang bagian dari Sesar Semangko. Struktur geologi dengan skala regional misalnya Sesar Semangko yang relatif berarah Barat Laut – Tenggara atau relatif searah dengan Pulau Sumatera dapat berfungsi sebagai pemicu terjadinya gempa di sepanjang/di sekitar zona sesar tersebut.

HIDROLOGI

a. Air Permukaan

Air permukaan yang terdapat di Kota Bengkulu dapat ditemukenali dari informasi Satuan Wilayah Sungai/Wilayah Sungai (SWS/WS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS). Pentingnya informasi mengenai SWS/WS dan DAS, karena masing-masing WS umumnya mempunyai karakteristik berbeda, demikian juga dengan DAS yang diharapkan dapat memberikan gambaran potensi sungai sampai orde yang terkecil.

Dalam pengelompokan Satuan Wilayah Sungai (SWS), sungai-sungai di wilayah Kota Bengkulu termasuk dalam SWS 01.28 (Kanal-Alas-Talo), yang mempunyai 35 sungai, dengan luas Daerah Pengaliran Sungai (DPS) sekitar 6.884,3 km². Adapun sungai yang melintasi Kota Bengkulu antara lain Air Bengkulu, Air Jenggalu, Air Hitam, Air Babatan, Air Betungan, Air Muara, Air Riak, Air Lempuing dan Air Sepan.

Selain sungai, di Kota Bengkulu terdapat Danau Dendam Tak Sudah dengan luas genangan sekitar 70 ha. Danau ini merupakan sumber air irigasi dengan areal sawah seluas 510 ha (sebelum alih fungsi).

Air permukaan yang terdapat di Kota Bengkulu dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi penduduk Kota Bengkulu oleh PDAM. Salah-satunya adalah IPA Surabaya yang memanfaatkan Air Bengkulu sebagai sumber air baku. Selain IPA Surabaya, pemanfaatan sumber air baku oleh PDAM adalah Air Jenggalu, dengan IPA Nelas, yang terletak di Kabupaten Seluma. Dari kedua IPA tersebut mempunyai kapasitas terpasang dan kapasitas produksi sebesar 650 lt./detik.

b. Air Tanah

Potensi air tanah dangkal di Kota Bengkulu berupa sumur dan mata air. Penggunaan sumur sebagai sumber air baku oleh penduduk digunakan hampir merata di seluruh wilayah kota. Kedalaman sumur untuk mendapatkan air adalah sekitar 10-15 m. Adapun sumber mata air di Kota Bengkulu terdapat di beberapa lokasi, yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku.

Potensi air tanah dalam Kota Bengkulu berdasarkan Peta Hidrogeologi Lembar Bengkulu, skala 1 : 250.000 dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan digambarkan sebagai berikut :

1) Berdasarkan litologi batuan dan kelulusannya, Kota Bengkulu berada pada 2 (dua) jenis litologi, yaitu :
Aluvium, yang terdiri dari kerikil, pasir dan lempung, dengan kelulusan sedang sampai tinggi pada material kasar dan berkelulusan rendah pada material lempungan;
Napal, tufa napalan dan tufa lempungan, dengan kelulusan, yang umumnya rendah sampai dengan sangat rendah.

2) Berdasarkan keterdapatan air tanah dan produktifitas akuifer, Kota Bengkulu termasuk ke dalam akuifer (bercelah atau sarang) dengan produktifitas rendah dan daerah air tanah yang langka. Kondisi ini berlaku di seluruh Kota Bengkulu.

3) Daerah air tanah jelek, yang terdapat pada bagian selatan Kec. Kampung Melayu.

Akuifer dangkal di wilayah dataran umumnya kurang produktif menilik litologi akuifernya bersifat lempungan dan tidak menerus, serta pelamparan vertikalnya yang tipis. Menurut Siddik dkk. (1977) mata air di sekitar Pondokkelapa menghasilkan debit kurang dari 10 l/dtk. Pemboran di Stasiun Relay TVRI Bengkulu menunjukkan adanya akuifer dalam berupa batupasir lempungan pada kedalaman 42-60 m dari muka tanah setempat, bertekanan negatif dan kecil potensinya. Purbo-Hadiwidjojo dan Tjahjadi (1981) menyatakan bahwa akuifer terpenting di sekitar Kota Bengkulu adalah batupasir dengan kedalaman akuifer bervariasi, debit diperkirakan kurang dari 2 l/dtk.

Beberapa pemboran di Padang Harapan dan Pekan Sabtu pada jarak kurang 5 km dan 12,5 km ke arah tenggara dari pusat Kota Bengkulu, serta di lokasi Bentiring pada jarak lebih kurang 15 km ke arah Timur Laut dari pusat Kota Bengkulu menembus akuifer batupasir, setempat dengan campuran fragmen batuan. Ketebalan bervariasi antara 3 hingga 64 m (PT. Rayakonsult, 1984).

Potensi Air di Kota Bengkulu sangat melimpah, dan bisa dilihat dari banyaknya aliran sungai yang melintasi daerah ini. Dalam pengelompokan Satuan Wilayah Sungai (SWS), sungai-sungai di wilayah Kota Bengkulu termasuk dalam SWS 01.28 (Nasal-Alas-Talo).

VEGETASI

Kondisi vegetasi yang ada di Kota Bengkulu terdiri dari vegetasi alamiah dan vegetasi hasil budidaya. Umumnya vegetasi dipengaruhi oleh kondisi fisik alam, seperti iklim, jenis tanah, hidrologi, dan lainnya yang biasanya dikelompokkan dalam satuan penggunaan lahan. Selain itu vegetasi juga dipengaruhi oleh kondisi geografis yang ada, seperti dataran tinggi, pesisir pantai, pulau karang, dan lainnya.

Vegetasi alamiah yang terjadi tanpa campur tangan manusia (hasil budidaya) sebagian besar berada di kawasan hutan lindung, wilayah Kota Bengkulu. Vegetasi ini umumnya berupa tanaman keras jenis kayu-kayuan seperti jati, mahoni, gaharu, kulim, dan lain-lain. Selain itu juga terdapat vegetasi yang berupa tanaman buah-buahan, seperti durian, cempedak, petai, dan lain-lain yang tumbuh secara alamiah.

Umumnya vegetasi produktif berupa tanaman padi dan tanaman kebun campuran. Selain itu juga terdapat tanaman keras seperti tanaman karet yang tadinya merupakan vegetasi alamiah namun sebagian besar sudah dibudidayakan sebagai tanaman produktif.

BENCANA

Indonesia merupakan kepulauan yang terletak diantara pertemuan Lempeng Eurasia dan Australia yang selalu bergerak. Oleh karena itu Kepulauan Indonesia sangat rawan terhadap bencana gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api Berdasarkan penelitian geologi diketahui bahwa potensi episentrum gempa bumi tersebar di sepanjang Pantai Barat Pulau Sumatera yang merupakan zona subduksi antara lempeng Eurasia dan Australia. Selain itu, di sepanjang Pulau Sumatera terdapat sebaran gunung api aktif Bur Ni Telong, Puet Sague, dan Sorik Marapi, serta Sesar Semangko yang memanjang dari Banda Aceh sampai Lampung.

Berdasarkan Peta Bahaya Goncangan Gempa Bumi Indonesia (Kertapati, 1999), percepatan gempa bumi dengan periode ulang 500 tahunan atau 90% tidak akan terlewatkan dalam 50 tahun. Daerah ini termasuk pada wilayah pusat gempa bumi merusak dengan kedalaman dangkal hingga menengah (0-150 km) bagian Barat Sumatera, zona antara 0,25 – 0,35 g dengan besaran gempa > 5,6 Skala Richter (SR). Dengan menggunakan Skala Modified Mercalli Intensity (MMI), pantai pesisir Bengkulu termasuk pada zona kategori nilai intensitas V hingga IX.

Peristiwa gempa yang pernah terjadi di Provinsi Bengkulu (Rahardiawan, 2000), yaitu pada 1963-1975 terjadi 3-16 kali gempa/tahun, 1984 sebanyak 2 kali, 1992 terjadi sebanyak 26 kali dan 1995 terjadi sebanyak 2 kali. Gempa-gempa tersebut sebagian besar menunjukkan mekanisme sesar naik, sedangkan sebagian lagi adalah sesar normal, mendatar oblique dan sesar mendatar. Arah kompresi maksimum umumnya Timur Laut – Barat Daya dan Barat Laut – Tenggara dengan dominasi sesar naik yang memiliki magnitude besar (>7).

Pemicu tsunami di Bengkulu adalah akibat gempa bumi yang terjadi di dasar laut pada zona busur muka patahan Mentawai dan zona seismik Benioff. Sejarah peristiwa bencana tsunami di Pantai Bengkulu (Rahardiawan, 2000) adalah : tahun 1777, 1833, 1861, 1906, 1931 dan 1958. Untuk memperkecil resiko serangan tsunami, dapat dibuat jalur hijau dari tanaman keras ±200 m dari pantai, pelestarian hutan bakau, tidak dirusaknya terumbu karang dan pembuatan rumah bertiang.

PENGGUNAAN LAHAN

Komposisi antara lahan terbangun dan tidak terbangun hampir sama. Lahan terbangun seluas 45,87 km² (31,74%) dan sisanya merupakan lahan non terbangun, umumnya berupa kebun campuran dan semak belukar.

Lahan terbangun, dimanfaatkan sebagai lahan perumahan, perdagangan dan perkantoran. Perumahan (40,62 km²) umumnya tersebar merata di seluruh kecamatan, dan hanya sebagian kecil pada Kecamatan Kampung Melayu, sedangkan perdagangan dan perkantoran tersebar sporadis pada beberapa kecamatan yang lebih berorientasi pada pusat kota, yaitu Kecamatan Muara Bangkahulu, Kecamatan Teluk Segara, Kecamatan Ratu Agung, Kecamatan Ratu Samban dan Kecamatan Gading Cempaka, dengan luas keseluruhan sekitar 3,19 km².

Lahan non-terbangun masih cukup luas dan merupakan kawasan potensial untuk dikembangkan pada masa mendatang. Jenis penggunaan lahan non-terbangun yang cukup mendominasi di Kota Bengkulu adalah kebun campuran seluas 20,41 km² dan semak belukar seluas 27,28 km². Kebun campuran dan semak belukar menyebar merata di seluruh kecamatan, kecuali di Kecamatan Teluk Segara dan Kecamatan Ratu Samban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.